Aksirupa-suara perupa Made Kaek dan musisi Pandusukma di Batubelah Art Space, Banjar Lepang, Klungkung, Bali, Senin 18 Oktober 2021. (Foto: Dokumentasi Batubelah Art Space) |
SEMARAPURA (inibali.com): Batubelah Art Space
menggelar kolaborasi pertunjukan seni sejumlah seniman lintas bidang di Banjar
Lepang, Banjarangkan, Klungkung, Bali.
Acara ini digelar pada Senin 18
Oktober 2021, sehari setelah para seniman menapak tilas ke Candi gunung Kawi,
Relief Yeh Pulu, dan Kertaghosa sebagai pemantik diskusi maupun penampilan
kolaboratif.
Pertunjukan seni yang mereka sajikan
merupakan reaksi konsep dan respons yang didapatkan melalui riset ke tiga situs
yang merupakan bagian dari artefak penting di Bali tersebut.
Sesi pertunjukan diawali perupa Made
Kaek dalam aksirupa ‘Black-Yellow
Expression’ yang merupakan seri keempat berkarya di atas pelat aluminium
sepanjang 12 meter.
Penari asala Indoa Maya Row berkolaborasi dengan penari kontemporer Tebo Umbara. |
“Aksirupa ini untuk membebaskan jiwa
sambil menyerap energi alam maupun kawan-kawan seniman yang hadir,” kata Kaek.
Kemudian penari kontemporer Tebo
Umbara tampil dengan olah seni gerak ‘Panah-Memanah’ yang mempertunjukkan
kelenturan tubuh berikut aksi memanah yang energik.
Musisi Pandusukma yang menampilkan ‘intermingle
process’ dengan raungan gitar, perkusi, dan ramuan efek suara mengiringi serta
merespons pertunjukan yang digelar pagi hingga petang ini.
Berikutnya, penari asal India Maya Row
menyajikan ‘Free Flow’ yang membawa tubuhnya bergerak bebas dan berekspresi merespons
lingkungan di sekitarnya.
Performance seniman muda Made Teja Kirana. (Dokumentasi Batubelah Art Space) |
‘Dharma’ sebuah presnetasi gerak
dari seniman Dedy Sumantrayasa menggambarkan bagiama ini membakar, melebur atau
melakukan pralina terhadap pikiran buruk dan rumitnya ritual
Kemudian Made Yoga Jayanta dengan
karyanya ‘Gending Agrapana Nawasena’ disusul performance seniman muda pendatang
baru Made Teja Kirana. Seluruh proses kegiatan divideokan oleh seniman Asok
Nagara.
Perupa Sugantika Lekung menampilkan ‘Milik
Bersama’ yang secara ekpresif memukul-mukul tubuh sendiri dan mengajak yang
hadir ikut pula meninju tubuhnya dengan sekuat tenaga.
“Saya ingin mengungkapkan realitas Tat
Twam Asi, bahwa apa yang kita lakukan ke orang lain sesungguhnya kita juga
merasakannya. Bila sakit yang kita berikan maka sakit pula yang kita terima dan
rasakan,” tutur Lekung.
Berforo bersama saat rehat art performance. (Foto: Doukmentasi Batubelah Art Space) |
Seniman dan pegiat lingkungan dari Yogyakarta, Iwan Wijono, membawakan ‘Perempatan”
yang menjelaskan tentang seni konseptual dan hasil kontemplasi atas kunjungan
ke Gunung Kawi, Yeh Pulu, dan Kertha Gosa.
Iwan juga merinci bagaimana unsur
kehidupan dan peradaban manusia seperti sosial politik, ekonomi kesejahteraan,
budaya spiritual, dan alam lingkungan berkorelasi dengan kesenian.
Dalam pertunjukan seninya, Iwan
mengajak para seniman yang hadir saling berkolaborasi dan bakan mengajak
pengunjung untuk ikut berinteraksi.
Perupa yang juga pemilik Batubelah
Art Space Wayan Sujana Suklu mengatakan dokumentasi kegiatan yang diprakarsai
Aprilia ini akan dijadikan artefak sebagaimana situs-situs yang menandai zaman.
“Artefak kegiatan ini selanjutnya kami
jadikan sebagai rekomendasi pengetahuan sebagai proses kebudayaan dan menjadi
salah satu referensi untuk kegiatan ke depan,” kata Suklu.(wan)
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.