BANG ANCIS – Ketika seorang perantau seperti Thomas Arakian telah lama meninggalkan kampung halaman dan tidak menunjukkan keinginan untuk kembali, beberapa keluarga mungkin menggunakan cara manipulatif atau bahkan teror emosional untuk menariknya pulang.
Teror dalam bentuk penyebaran isu, ancaman tentang hak waris, dan mengungkap masa lalu yang tidak nyaman adalah metode yang sering digunakan dalam kasus-kasus serupa. Tetapi, apakah cara ini benar-benar efektif?
Tidak Efektif!
Salah satu alasan utama mengapa metode ini cenderung tidak efektif adalah dampak emosional negatif yang dihasilkannya.
Taktik seperti menyebarkan kabar bahwa rumah atau tanah warisan akan diambil orang lain bisa memicu kekhawatiran, tetapi juga bisa menimbulkan kemarahan dan ketidakpercayaan.
Ketika seseorang merasa terpaksa atau terancam, respons yang muncul biasanya bukan kepatuhan, melainkan perlawanan atau keinginan untuk semakin menjauh.
Dalam banyak kasus, teknik manipulasi semacam ini dapat membuat si perantau merasa tidak dihargai dan mengurangi ikatan emosionalnya terhadap keluarga serta kampung halaman.
Kebalikan dari Efek yang Diinginkan
Penekanan terhadap masa lalu negatif Thomas di depan orang lain atau di lingkungan asalnya juga justru memperburuk situasi.
Menurut psikolog keluarga, menyebarkan masa lalu kelam seseorang tidak hanya berpotensi memengaruhi harga dirinya tetapi juga dapat memutuskan tali kepercayaan dan hubungan emosional yang dimiliki.
Akibatnya, Thomas bisa merasa semakin dijauhi atau tidak diterima, sehingga bukannya merasa tergugah untuk kembali, ia malah merasa terluka dan enggan pulang.
Pendekatan yang Lebih Efektif
Daripada menggunakan ancaman atau teror emosional, keluarga dapat mencoba pendekatan yang lebih positif dan suportif.
Membangun kembali komunikasi yang jujur, penuh kasih, dan menunjukkan keinginan tulus untuk menyambutnya tanpa penekanan emosional mungkin akan jauh lebih efektif.
Dengan pendekatan yang lebih penuh pengertian, besar kemungkinan Thomas merasa diterima dan lebih terbuka untuk menjalin hubungan kembali dengan keluarganya.
Efektivitas Teror dalam Hubungan Asmara
Ketika hubungan asmara menghadapi tekanan dari keluarga atau pihak eksternal, biasanya hal tersebut memerlukan waktu dan upaya komunikasi yang intens agar keputusan dapat dicapai.
Dalam kasus Thomas Arakian, sang kekasih ‘sepertinya’ bekerja sama dengan teman-temannya untuk menciptakan tekanan emosional melalui teror agar Thomas segera meresmikan hubungan mereka.
Caranya sama seperti di atas. Teror ini berupa penyebaran isu bahwa rumah dan tanah warisan Thomas akan direbut keluarga lain dan pengungkapan masa lalu Thomas di lingkungan sekitar. Namun, apakah cara ini efektif?
Cenderung Tidak Efektif!
Metode teror seperti menyebarkan rumor negatif atau mengancam stabilitas emosional seringkali justru berdampak buruk. Menurut pakar hubungan, pendekatan manipulatif ini cenderung menciptakan resistensi ketimbang hasil positif.
Ketika seseorang merasa dipaksa atau diancam, respons alaminya adalah melindungi diri atau bahkan menarik diri lebih jauh.
Dalam konteks hubungan asmara, rasa aman dan kepercayaan adalah fondasi utama yang harus dijaga, dan tindakan yang merusak kepercayaan justru membuat hubungan menjadi semakin rapuh dan tidak stabil.
Selain itu, menurut penelitian psikologi hubungan, ketika tekanan emosional atau ancaman digunakan untuk mencapai suatu tujuan, orang cenderung merasa terkekang dan kehilangan kendali.
Ini membuat keputusan yang diambil menjadi tidak sepenuhnya tulus atau jujur, yang justru dapat merusak ikatan jangka panjang.
Pendekatan yang Lebih Tepat
Dibandingkan dengan menciptakan teror, pasangan Thomas bisa lebih efektif jika mendiskusikan kekhawatiran mereka dengan cara yang lebih konstruktif.
Pendekatan berbasis komunikasi yang jujur dan pengertian lebih mungkin mendorong Thomas untuk mempertimbangkan perasaan pasangannya dan melihat komitmen sebagai langkah yang diambil atas kemauan sendiri.
Menurut ahli terapi keluarga, tindakan manipulatif umumnya hanya menghasilkan perubahan jangka pendek, sementara komunikasi yang terbuka dan penuh empati dapat menciptakan hubungan yang lebih kuat dan keputusan yang lebih matang.
Kesimpulan
Teror bukanlah cara yang efektif untuk mempercepat komitmen dalam hubungan asmara. Sebaliknya, komunikasi terbuka dan penghargaan terhadap proses alami dalam hubungan akan jauh lebih efektif dalam menciptakan fondasi yang kokoh dan keputusan yang bijaksana.***
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.