“Mau nonton konser doang pakai orang dalam? Seriously?!“
Jalur orang dalam dan nepotisme tanda orang insecure dan butuh pengakuan. Bukan hal yang patut dibanggakan, sama sekali bukan alasan untuk iri, malah harusnya mereka yang malu.
***
Gemas rasanya, saat melihat banyak pejabat negara dan anak-anaknya mendapat hak istimewa karena kekuasaan yang digunakan demi kesenangan pribadi.
Tidak sedikit juga influencer yang sengaja memanfaatkan “jalur orang dalam” demi hak-hak istimewa yang kemudian dipamerkan juga ke publik lewat akun-akun media sosial.
Beberapa hal yang perlu diketahui, sebenarnya, jalur orang dalam atau nepotisme bukan hal yang pantas untuk dipamerkan atau dibanggakan. Jalur orang dalam atau nepotisme sebenarnya menunjukkan bahwa seseorang punya karakter dan mental yang lemah dan tidak percaya diri.
Nepotisme (alias jalur orang dalam) dan Networking (membangun jaringan) merupakan dua hal yang berbeda dan tidak boleh disalah pahami.
Penggunaan istilah yang kurang tepat bisa berakibat fatal, misalnya menormalisasi sikap dan perilaku tidak jujur, bahkan mempromosikannya sebagai cara menuju kesuksesan.
Arti istilah “Jalur Orang Dalam” dan Nepotisme
Istilah “jalur orang dalam” merujuk pada praktik memperoleh keuntungan atau kesempatan yang tidak adil melalui koneksi atau hubungan pribadi dengan seseorang yang memiliki pengaruh atau kekuasaan di suatu organisasi atau institusi.
Tidak ada catatan resmi mengenai asal mula istilah ini, namun istilah “orang dalam” telah lama digunakan untuk merujuk pada seseorang yang memiliki pengetahuan atau akses dan kesempatan yang tidak tersedia bagi orang umum.
Istilah “jalur orang dalam” memiliki makna yang serupa dengan istilah “nepotisme” dalam arti keduanya merujuk pada penggunaan hubungan pribadi atau keluarga untuk memperoleh keuntungan atau kesempatan yang seharusnya tidak tersedia bagi orang lain.
Meskipun terdapat kesamaan makna, istilah “jalur orang dalam” lebih umum digunakan untuk merujuk pada praktik yang melibatkan hubungan pribadi, sedangkan istilah “nepotisme” lebih khusus merujuk pada praktik yang melibatkan hubungan keluarga.
Nepotisme biasanya terjadi ketika seseorang memberikan keuntungan atau kesempatan yang seharusnya didapatkan melalui proses seleksi yang adil kepada anggota keluarga, seperti saudara kandung, sepupu, atau ipar.
Secara umum, kedua istilah ini merujuk pada praktik yang tidak adil dan dapat merugikan orang lain yang tidak memiliki hubungan pribadi atau keluarga dengan pihak yang memiliki pengaruh atau kekuasaan di suatu organisasi atau institusi.
Kedua praktik ini dianggap merusak integritas dan transparansi dalam sistem dan dapat menghambat kemajuan dan pengembangan sumber daya manusia yang berpotensi.
Nepotisme dan Jalur Orang Dalam Merajalela Akibat Normalisasi Seperti Ini
Berikut ini contoh fatalnya penyalahgunaan istilah “jalur orang dalam” yang digunakan oleh seorang penasehat karir di YouTube.
Walau terkesan sepele, sebenarnya kesalahan semacam ini sering dilakukan dengan sengaja dalam seminar-seminar pembangunan karir untuk fresh graduate.
Alasannya untuk menarik perhatian calon pelamar kerja agar belajar cara membangun jaringan atau umum disebut Networking.
Akibat jangka panjang yang tidak pernah dipikirkan secara kritis oleh pembicara-pembicara ini adalah terbangunnya persepsi yang salah (salah kaprah) dan terbentuknya karakter-karakter pekerja muda yang lemah serta manipulatif.
Istilah “Membangun Jaringan” atau Networking, tidak boleh disamakan dengan istilah “Jalur Orang Dalam” dan Nepotisme.
Sebab kita semua seharusnya tahu bahwa Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme sangat berbahaya bagi perkembangan suatu negara, juga merusak karakter masyarakatnya.
Lalu, jika istilah tersebut tidak bisa disalahgunakan, apa yang dimaksud dengan Networking (Membangun Jaringan)?
Arti Istilah “Membangun Jaringan” atau Networking
Memang membingungkan kalau dipikir sama-sama ada insider dalam istilah “jalur orang dalam” dan “membangun jaringan”.
Istilah “networking” merujuk pada proses membangun dan memelihara hubungan bisnis atau sosial dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama. Hubungan yang dibangun berkonteks profesional dan bukan personal.
Dalam konteks bisnis, networking dapat dilakukan untuk mencari peluang kerja, mencari klien, memperluas jaringan bisnis, atau mencari sumber daya.
Dalam konteks sosial, networking dapat dilakukan untuk memperluas jaringan teman atau hubungan sosial.
Tujuan utama dari networking adalah membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan orang lain, seperti mendapatkan informasi, memperoleh dukungan, atau membangun kepercayaan dan kredibilitas.
Namun, dalam melakukan networking, penting untuk memperhatikan etika dan nilai-nilai bisnis yang baik, seperti membangun hubungan yang saling menguntungkan, transparansi, kepercayaan, dan menghargai waktu dan privasi orang lain.
Jadi jelas sekali perbedaannya, kan?
Dalam konteks networking, orang membangun hubungan secara terbuka dan transparan, sedangkan dalam konteks jalur orang dalam, seseorang memperoleh keuntungan secara tertutup dan tidak adil.
Karena itu, networking dianggap sebagai praktik yang wajar dan diterima dalam bisnis dan sosial, sedangkan jalur orang dalam dianggap sebagai praktik yang tidak etis dan merugikan integritas sistem.
Jalur Orang Dalam? Ih, GAK BANGET!
Daripada merasa iri, sebenarnya kita bisa merasa kasihan pada orang-orang yang melakukan praktik jalur orang dalam dan nepotisme, sebab hal itu bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan. Namun, justru menunjukkan ketidakpercayaan diri dan kebutuhan untuk pengakuan yang berlebihan dari orang lain.
Orang yang mengandalkan jalur orang dalam dan nepotisme dalam pencapaian kesuksesannya atau mendapat kesempatan mungkin merasa tidak mampu bersaing secara adil dan berdasarkan prestasi atau kemampuan yang sebenarnya.
Sebaliknya, orang yang berusaha mencapai kesuksesan dan mendapat kesempatan melalui cara yang adil dan berdasarkan prestasi yang sebenarnya justru patut dibanggakan.
Mereka yang berjuang keras, memperluas jaringan, dan berprestasi secara konsisten dianggap lebih menginspirasi dan berharga dibandingkan mereka yang hanya mengandalkan hubungan pribadi atau keluarga.
Kita semua harus memahami bahwa praktik jalur orang dalam dan nepotisme tidaklah baik dan merugikan orang lain.
Kita sebaiknya berjuang untuk mencapai kesuksesan dengan cara yang adil dan berdasarkan prestasi, merasa bangga dengan pencapaian kita sendiri, serta menghargai kesempatan yang kita dapat oleh kemampuan yang sebenarnya.