Saya masih belum percaya bahwa saya bisa dan pernah menginjakkan kaki di tanah Dubai. Ini sih bukan lebay tapi mindset kebanyakan orang bahwa Dubai itu negara mahal selalu meracuni para budget traveler untuk tidak ke Dubai. Namun, impian saya menjadi nyata di tahun 2017, Dubai tidak semahal itu, kok. Sebelum ke Dubai, saya selalu berpikir kalo negara ini lekat dengan nuansa Arab, religi dan kemewahan. Benar kah? Pengalaman saya di Dubai ini mungkin bisa sedikit menggambarkan tentang Dubai berdasarkan pengalaman pribadi saya.
Mobil Mewah
Katanya, hampir seluruh penduduk Dubai memiliki mobil mewah seperti para selebritis Indonesia. Di kawasan Deira atau kota tua Dubai saya melihat kok mobilnya biasa aja, hanya ada mobil-mobil sejenis Pajero yang banyak di Indonesia. Wah, jangan-jangan hoax!!!
Saya baru ngeh kalo kawasan Deira bisa dibilang little India-nya Dubai, kebanyakan penduduknya dari Bangladesh, Nepal, India dan sekitarnya. Kawasan ini masyarakatnya rata-rata kalangan menengah. Tiga hari kemudian saya pindah hostel ke pusat kota Dubai, disanalah baru terlihat mobil-mobil mewah digunakan sehari-hari.
Kalo para artis biasanya sport car akan dielus-elus dan disimpan di garasi, kalo di Dubai akan digunakan sehari-hari. Mau ke mall, pasar, hang out, atau kerja pakainya mobil mewah tersebut. Saya aja sampai geleng-geleng ketika melihat para babang tamfan pake mobil terbuka sambil pakai sunglases. Mobil jelek di sana yang sering saya lihat adalah nissan patrol (mobil ini nggak masuk Indonesia), waktu saya googling nissan patrol yang terbaru saya harus ngelus dada 🙂
Dubai Itu Panas
Sudah jadi kebiasaan kalo lagi wisata ke luar negeri saya selalu berangkat pagi sekitar jam 8 – 9 an. Pun ketika di Dubai saya juga melakukan ritual tersebut, berangkat pagi demi mendapatkan spot wisata yang banyak. Hari pertama keluar dari hotel saya sudah nyengir-nyengir kepanasan, panasnya tuh serasa di Bali.
Dessert Safari @klooktravel 😊
Ketika siang hari ini jarang banget ada wisatawan yang jalan-jalan, rata-rata mereka baru menunjukkan diri sekitar jam 3 sore sampai dengan malam hari. Akhirnya saya juga mengikuti wisatawan lainnya yang baru sore hingga malam hari keluar jalan-jalan. Jadi maklum aja kalo di Dubai setiap harinya saya hanya bisa dapat 2 spot wisata, padahal kalo di Negara lainnya sehari bisa 4-5 spot wisata.
Penduduk Dubai Tidak Selalu Memakai Pakaian Tertutup
Sebagai kawasan negara Arab, wajar kalo saya berpikir di Dubai seperti di Saudi Arabia yang mayoritas wanitanya memakai jilbab dan baju tertutup. Kenyataannya saya jarang sekali melihat yang berjilbab di kawasan umum. Ada sih tapi lebih banyak yang tidak berjilbab. Malah kebanyakan penduduknya memakai pakaian santai seperti kaos dan dress pendek.
Multietnis |
Tidak Ada Pangeran Arab
Waktu di imigrasi mata saya langsung ijo melihat petugas imigrasi yang cakep-cakep seperti pangeran Arab yang sempat jadi trending topic di Indonesia. Wah selama di Dubai saya bakalan cuci mata sama yang bening-bening hahahaha…
Kenyataannya selama di Deira malah saya nggak menemukan wajah pangeran Arab karena mayoritas penduduknya etnis India, Bangladesh dan Paskistan. Pindah ke pusat kota Dubai barulah saya melihat cowok-cowok cakep tapi bukan berwajah arab, melainkan wajah bule Eropa.
Berdasarkan informasi dari guide sewaktu trip ke Abu Dhabi, mayoritas penduduk Dubai sekitar 55% adalah ras India, Bangladesh, dan Pakistan, 25% orang Eropa dan 15% etnis lokal. Ada juga sih ras China tapi nggak banyak. Padahal saya pengen ketemu wajah-wajah seperti Omar Borkan Al Gala, googling deh kalo nggak tahu babang tamfan tersebut.
Masyarakat lokal menggunakan pakaian daerah |
Perbedaan Transportasi Wanita dan Pria
gerbong khusus wanita |
Ini fotonya pagi hari jadi sepi, kalo siangan dikit pasti rame |
Saya tuh sebenarnya nggak pernah rewel dengan masakan di Luar Negeri. Tapi sewaktu di Dubai saya benar-benar nggak suka dengan masakannya. Rasanya tuh susah diungkapkan dengan kata-kata, makanan seperti falafel, syawarma atau breakfast ala Dubai saya sampai nggak bisa menghabiskannya karena beneran nggak suka sama rasanya. Saya harus menghapus daftar kuliner yang harus saya kunjungi karena takut zonk sama rasanya.
Salah satu syawarma falafel terkenal di Dubai. Restoran ini banyak direkomendasikan kuliner lokal |
Makan ini rasanya jadi kangen burger ala Indonesia 😀 |
Kalo biasanya saya selalu anti dengan masakan India sewaktu di Luar Negeri, di sana malah saya sering makan masakan India. Ada sih makanan khas Dubai yang saya sukai yaitu kabab di Al Ustadz Special Kabab atau andalan saya Taza Friend Chicken dengan rasa ayam yang enaknya bisa ngalahin mc d atau Kfc di Indonesia. Memang kok menurut saya kalo di Luar Negeri makanan paling enak ya di Korea. Setuju nggak?
Ini sih pasti sudah banyak yang tahu ya, kalo di Dubai bebas memakai bikini sewaktu di pantai. Saya aja sampai takjub melihat toleransi mereka terhadap multietnis dan semua agama yang ada di sana. Lucunya kadang ada pantai yang bersebelahan dengan masjid. Jadi ketika adzan berkumandang dan ada yang mau sholat, maka pandangan mata bisa langsung lihat orang memakai bikini.
Cove Beach |
Pantai memang daya magnet wisata Dubai, jadi pemerintah Dubai memaklumi jika wisatawan asyik berjemur menggunakan bikini secara legal. Mayoritas yang datang ke Pantai Dubai adalah turis, sedangkan masyarakat lokal jarang ke pantai.
Kalo pernah ke Korea, Singapore, Bangkok atau beberapa negara lainnya yang memiliki metro, kebanyakan masyarakatnya lebih suka menggunakan anak tangga untuk berjalan menuju atau keluar dari metro. Biasanya di negara tersebut lift hanya untuk orang tua, ibu hamil atau orang berkebutuhan khusus. Nah, kalo di Dubai ini beda, masyarakatnya rata-rata lebih suka naik lift dibandingkan naik tangga bahkan eskalator sekalipun, karena lift memang diperbolehkan untuk semua orang yang sehat.
Elevator di dalam stasiun metro |
Sepertinya masyarakat Dubai ini memang tidak suka berjalan kaki seperti orang Indonesia 😀 di dalam metro kita akan dimanjakan dengan lift, elevator dan eskalator. Sewaktu di Dubai saya hampir nggak pernah naik tangga yang jumlahnya puluhan seperti di Korea.
Seperti yang saya ulas sebelumnya, kalo di Dubai itu panasnya menyengat kayak Bali. Di siang bolong matahari rasanya langsung menusuk kulit, pemerintahnya pun memanjakan masyarakatnya dengan halte bus yang dilengkapi dengan AC.
halte bus ber AC |
Awalnya saya nggak “ngeh” kalo tempat yang saya lihat merupakan halte bus, karena dari luar kacanya tidak terlihat, tapi kalo di dalamnya kita bisa tetap melihat bus yang hilir mudik. Halte bus ini membantu sekali penumpang yang menunggu bus, seperti sewaktu saya pulang dari pantai trus menunggu bus jadi tidak kepanasan. Di dalamnya juga bersih karena tidak boleh makan dan minum, juga dilengkapi CCTV untuk keamanannya.
Pantai di Dubai |
Intinya sih memang ada larangan foto di pantai tertentu dengan menggunakan kamera, tapi nggak semuanya karena sewaktu di cove beach dan jumeirah beach saya bebas mengambil foto. Saya sendiri jika tidak mengetahui alasan tidak diperbolehkannya menggunakan kamera, mungkin untuk privacy beberapa orang yang menggunakan bikini.
Begitulah pengalaman traveling saya selama di Dubai, mungkin akan berbeda dengan pengalaman traveling beberapa orang. Untuk koneksi internet luar negeri, selain paket roaming, sewa travel wifi dari Indonesia merupakan salah satu yang dapat menghemat cost karena bisa patungan atau tethering sampai 5 gadget. JavaMifi bisa jadi alternatif solusi buat sewa wifi karena selain keuntungan di atas, baterainya juga awet sampai 15 jam. Untuk sewa bisa langsung ke www.javamifi.com
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.